Rapid Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn Mc Atamney
merupakan ergonom dari universitas di Nottingham (University of Nottingham’s
Institute of Occuptaional Ergonomic). Rapid Entire Body Assessment
adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat
digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung,
lengan pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga
dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh
serta aktifitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan
waktu yang lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada
daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang
diakibatkan postur kerja operator (Hignett dan Mc Atamney, 2000).
Metode ergonomi tersebut
mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan factor coupling yang menimbulkan
cidera akibat aktivitas yang berulang–ulang. Penilaian postur kerja dengan
metode ini dengan cara pemberian skor resiko antara satu sampai lima belas,
yang mana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar
(bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa skor terendah
akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. REBA
dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan
perbaikan sesegera mungkin. REBA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus.
Ini memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan dan
pengukuran tanpa. biaya peralatan tambahan. Pemeriksaan REBA dapat dilakukan di
tempat yang terbatas tanpa menggangu pekerja.
Pengembangan REBA terjadi
dalam empat tahap. Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan
menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua adalah penentuan sudut–sudut
dari bagian tubuh pekerja, tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang
diangkat, penentuan coupling dan penentuan aktivitas pekerja. Dan yang
terakhir, tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur yang
bersangkutan. Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level
resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja.
Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan metode REBA melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut (Hignett dan McAtamney, 2000):
1.
Pengambilan data postur
pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto.
Untuk mendapatkan gambaran
sikap (postur) pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga
kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh
pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara
detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data
akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.
2.
Penentuan sudut-sudut dari
bagian tubuh pekerja. Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh
dari pekerja dilakukan perhitungan besar sudut dari masing-masing segmen tubuh
yang meliputi punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah,
pergelangan tangan dan kaki.
Pada metode REBA segmen-segmen
tubuh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi
punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas,
lengan bawah dan pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing-masing
grup dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk
melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk
masing-masing tabel.
Gambar 2.1 Range Pergerakan Punggung
Berdasarkan gambar 2.1 range pergerakan punggung merupakan gerakan yang dilakukan oleh
tubuh saat beraktivitas yang membentuk sudut tubuh. Sumbu tegak lurus atau
sumbu y adalah garis sejajar dari tulang belakang manusia.
Tabel 2.1 Skor
Pergerakan Punggung
Pergearkan
|
Skor
|
Perubahan Skor
|
Tegak/
alamiah
|
1
|
+1
Jika memutar/ miring kesamping
|
0°-
20° flexion
0°-
20°extention
|
2
|
|
20°-60°
flexion
>20°
extension
|
3
|
|
>60°
flexion
|
4
|
Tabel 2.1 pergerakan punggung menjelaskan pembobotan
skor dari masing-masing sudut tubuh. Nilai pergerakan 1 diberikan jika
pergerakan tubuh pada saat posisi tubuh tegak secara alamiah. Pergerakan tubuh extension maupun flexion yang membentuk sudut mulai dari 0°- 20° bernilai skor
sebesar 2, sedangkan pergerakan tubuh membentuk sudut 20°-60° flexion dan lebih dari 20° extension bernilai 3, dan pergerakan
yang membentuk sudut lebih dari 60° flexion
bernilai skor sebesar 4. Skor-skor tersebut akan mendapatkan tambahan skor
sebesar 1 jika saat bergerak membentuk sudut tubuh terjadi gerakan
memutar/tiring kesamping.
Gambar 2.2 Range Pergerakan Leher
Gambar 2.2 range
pergerakan leher merupakan gambar yang menjelaskan pergerakan yang dilakukan
oleh leher manusia saat beraktivitas. Penentuan garis vertikal atau sumbu y
pada pergerakan leher berdasarkan garis lurus posisi leher dan kepala,
sedangkan garis horizontal atau sumbu x berdasarkan posisi bahu.
Tabel 2.2 Skor Pergerakan Leher
Pergerakan
|
Skor
|
Perubahan Skor
|
0°- 20° flexion
|
1
|
+1
Jika memutar/miring kesamping
|
>20°
flexion atau extension
|
2
|
Tabel
2.2 skor pergerakan leher menjelaskan bobot skor dari pergerakan leher yang
dilakukan. Pergerakan leher membentuk sudut 0°- 20°
flexion bernilai skor sebesar 1,
sedangkan pergerakan leher membentuk sudut lebih dari 20° flexion atau extension
bernilai skor 2. Skor akan bertambah 1 jika saat bergerak, leher melakukan
pergerakan memutar atau miring ke samping.
Gambar 2.3 Pergerakan Kaki
Gambar
2.3 pergerakan kaki merupakan gambar yang menjelaskan pergerakan kaki manusia
saat beraktivitas. Terdapat dua pergerakan kaki yang dilakukan yaitu kaki yang
tertopang sehingga bobot tersebar merata pada kedua kaki dan kaki yang tidak
tertopang atau bobot beban yang tersebar tidak merata.
Tabel 2.3 Skor Pergerakan Kaki
Pergerakan
|
Skor
|
Perubahan Skor
|
Kaki tertopang, bobot tersebar merata,
jalan atau duduk
|
1
|
+1 Jika lutut antara 30° dan 60° flexion
+2 Jika lutut >60° flexion (tidak ketika duduk)
|
Kaki tidak tertopang, bobot tersebar
merata/ postur tidak stabil
|
2
|
Tabel
2.3 skor pergerakan kaki menjelaskan bobot yang diperoleh dari gerakan-gerakan
yang dilakukan oleh kaki saat beraktivitas. Pergerakan kaki tertopang atau
bobot tersebebar merata pada kedua kaki mendapatkan skor sebesar 1, sedangkan
pergerakan kaki tidak tertopang atau bobot tersebar tidak merata mendapatkan
skor 2. Skor akan bertambah 1 pada gerakan kaki yang dilakukan apabila lutut
kaki membentuk sudut antara 30° dan 60° flexion,
sedangan apabila lutut membentuk sudut lebih dari 60° flexion (tidak ketika duduk) akan ditambahkan skor sebesar 2.
Gambar 2.4 Range
Pergerakan Lengan Atas
Gambar
2.4 range pergerakan lengan atas yang
menunjukkan sudut-sudut gerakan yang dilakukan oleh lengan bagian atas manusia
saat beraktivias. Terdapat 4 bagian pembobotan sudut yang dilakukan antara lain
untuk 0°-20° flexion maupun axtension dengan bobot skor sebesar 1, pergerakan
lengan atas flexion mulai dari 20°-45° dan lebih dari 20° extension berbobot 2,
untuk pergerakan lengan atas flexion dengan sudut 45°-90° berbobot skor sebesar
3, dan pergerakan lengan atas yang terakhir adalah pergerakan flexion lebih
dari 90° mendapatkan bobot skor sebesar 4.
Tabel 2.4 Skor Pergerakan Lengan Atas
Pergerakan
|
Skor
|
Perubahan Skor
|
20° extension
sampai 20° flexion
|
1
|
+1 Jika posisi lengan:
-
Adducted
-
Rotated
+1 Jika bahu ditinggikan
+1 jika besandar, bobot lengan
ditopang atau sesuai gravitasi
|
>20°
extension
20°-45° flexion
|
2
|
|
45°-90° flexion
|
3
|
|
>90° flexion
|
4
|
Bobot
skor akan bertambah 1 apabila posisi lengan pada posisi adducted ataupun
rotated, jika bahu ditinggikan, dan jika bersandar atau bobot lengan ditopang
atau sesuai gravitasi. Tabel 2.4 merupakan rangkuman dari penjelas sebelumnya.
Gambar 2.5 Range
Pergerakan Lengan Bawah
Gambar
2.5 range pergerakan lengan bawah menunjukkan pergerakan lengan bawah yang
membentuk sudut-sudut tertentu saat bekerja. Terlihat pada tabel 2.5 skor
pergerakan lengang bawah.
Tabel 2.5 Skor Pergerakan Lengan Bawah
Pergerakan
|
Skor
|
60°-100° flexion
|
1
|
<20° flexion atau > 100° flexion
|
2
|
Gambar
2.6 pergerkan pergelangan tangan manusia selama proses bekerja yang membentuk
sudut-sudut tertentu. Terlihat pada gambar 2.6 sudut-sudut yang terbentuk pada
pergelangan tangan.
Gambar 2.6 Pergerakan Pergelangan Tangan
Berdasarkan
ilustrasi pada gambar 2.6, maka diuraikan pergerakan yang terjadi pada pergelangan
tangan menjadi skor-skor. Tabel 2.6 merupakan rangkuman dari skor terbebut.
Tabel 2.6 Skor Pergerakan Pergelangan Tangan
Pergerakan
|
Skor
|
Perubahan Skor
|
0°-15° flexion/extension
|
1
|
+ Jika
pergelangan tangan menyimpang/ berputar
|
15° flexion/ extension
|
2
|
Setelah
skor-skor pergerakan tubuh didapatkan maka tabel-tabel tersebut digunakan untuk
mencari skor REBA pada tabel A maupun B. Tabel 2.7 merupakan tabel untuk
mencari skor pada bagian tubuh atas mulai dari pergerakan leher, punggung,
sampai dengan posisi kaki. Cara untuk mendapatkan nilai pada tabel A yaitu
dengan mengurutkan nilai-nilai yang didapat dari masing-masing segmen
pergerakan pada tabel A hingga mendapatkan hasil skor pada tabel tersebut. Skor
yang didapatkan pada tabel A akan bertambah apabila beban yang diberikan pada
operator saat bekerja memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
Tabel 2.7 Tabel A
Punggung
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||||
Leher = 1
|
Kaki
|
||||||||
1
|
1
|
2
|
2
|
3
|
4
|
||||
2
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||||
3
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||||
4
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||||
Leher = 2
|
Kaki
|
||||||||
1
|
1
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||||
2
|
2
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||||
3
|
3
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||||
4
|
4
|
6
|
7
|
8
|
9
|
||||
Leher = 3
|
Kaki
|
||||||||
1
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||||
2
|
3
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||||
3
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
||||
4
|
6
|
7
|
8
|
9
|
9
|
||||
Beban
|
|||||||||
0
|
1
|
2
|
+1
|
||||||
<5 kg
|
5-10 kg
|
>10 kg
|
Penambahan
Beban secara tiba-tiba atau secara cepat
|
||||||
Tabel
2.8 merupakan tabel skor tubuh untuk mencari skor tubuh berdasarkan segmen
tubuh lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Cara untuk mencai skor
pada tabel B diurutkan skor-skor yang terdapat dari segmen tubuh sehingga
didapatkan skor tabel B. Skor yang diperoleh akan bertambah apabila memenuhi
syarat-syarat yang terdapat pada coupling
saat bekerja.
Tabel 2.8 Tabel B
Tabel 2.8 Tabel B (lanjutan)
Coupling
|
|||
0 - Good
|
1 - Fair
|
2 - Poor
|
3 - Unacceptable
|
Pegangan pas
dan tepat ditengah, genggaman kuat
|
Pegangan
tangan bias diterimatapi tidak ideal/couping lebih sesuai digunakan oleh
bagian lain dari tubuh
|
Pegangan
tangan tidak bisa diterima walaupun memungkinkan
|
Dipaksakan
genggaman yang tidak aman, tanpa pegangan coupling
tidak sesuai digunakan oleh bagian lain dari tubuh
|
Tabel
2.9 merupakan tabel skor REBA yang akan digunakan untuk mengetahui risk level dari kegiatan yang dilakukan
manusia saat bekerja. Caranya dengan mengurutkan nilai dari tiap tabel yang
telah didapatkan, skor pada tabel C akan bertambah apabila aktivitas yang
dilakukan oleh manusia atau pekerja memenuhi kriteria activity score.
Tabel 2.9 Tabel C
Skor A
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
||||
Skor B
|
1
|
1
|
1
|
2
|
3
|
4
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
||
2
|
1
|
2
|
3
|
4
|
4
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
|||
3
|
1
|
2
|
3
|
4
|
4
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
|||
4
|
2
|
3
|
3
|
4
|
5
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
11
|
12
|
|||
5
|
3
|
4
|
4
|
5
|
6
|
8
|
9
|
10
|
10
|
11
|
12
|
12
|
|||
6
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
10
|
11
|
12
|
12
|
|||
7
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
9
|
10
|
11
|
11
|
12
|
12
|
|||
8
|
5
|
6
|
7
|
8
|
8
|
9
|
10
|
10
|
11
|
12
|
12
|
12
|
|||
9
|
6
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
10
|
10
|
11
|
12
|
12
|
12
|
|||
10
|
7
|
7
|
8
|
9
|
9
|
10
|
11
|
11
|
12
|
12
|
12
|
12
|
|||
11
|
7
|
7
|
8
|
9
|
9
|
10
|
11
|
11
|
12
|
12
|
12
|
12
|
|||
12
|
7
|
8
|
8
|
9
|
9
|
10
|
11
|
11
|
12
|
12
|
12
|
12
|
|||
Activity Skor
|
|||||||||||||||
+1 Jika 1 atau
lebih bagian tubuh statis, ditahan lebih dari 1 menit
|
+1 Jika
pengulangan gerakan dam rentang waktu singkat, diulang lebih dari 4 kali
permenit (tidak termasuk berjalan)
|
+1 Jika
gerakan menyebabkan perubahan atau pergeseran atau pergeseran postur yang
cepat dari posisi awal
|
|||||||||||||
Setelah
skor pada tabel C didapatkan maka langkah selajutnya adalah menentukan termasuk
kedalam kategori apa kegiatan manusia atau operator yang diamati. Terlihat pada
tabel 2.10 yang merupakan rangkuman dari risk level tabel REBA.
Tabel
2.10 Tabel Resiko Ergonomi
REBA Skor
|
Risk Level
|
Tindakan
|
1
|
Diabaikan
|
Tidak
Diperlukan
|
2-3
|
Low
|
Mungkin
Diperlukan
|
4-7
|
Medium
|
Diperlukan
|
8-10
|
High
|
Segera
Diperlukan
|
11-15
|
Very High
|
Diperlukan
Sekarang
|
Sumber buku yang digunakan apa ya?
BalasHapusSumber buku yg digunakan apa ya? Terimakasih
BalasHapusSumber buku yang digunakan apa terima kasih
BalasHapus