Sabtu, 15 Maret 2014

SEKILAS ANTROPOMETRI

Pengertian Antropometri
Istilah  Antropometri  berasal  dari  kata  “Anthro”  yang  berarti  manusia  dan“metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu  studi  yang  berkaitan  dengan  pengukuran  bentuk,  ukuran  (tinggi,  lebar)  berat dan   lain-lain   yang   berbeda   satu   dengan   lainnya   (Sutalaksana,1996).   Antropometri   adalah   satu   kumpulan   data   numerik   yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan  dari  data  tersebut untuk penanganan masalah  desain.  Antropometri secara   lebih   luas   digunakan   sebagai   pertimbangan   ergonomis   dalam   proses perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara lebih luas antara lain dalam  hal  perancangan  areal  kerja  (work  station),  perancangan  alat  kerja  seperti mesin,  equipment,  perkakas  (tools),  perancangan  produk-produk  konsumtif  seperti pakaian,  kursi,  meja,  dan  perancangan  lingkungan  fisik.  Berdasarkan  hal  tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang akan dirancang sesuai dengan manusia yang akan  mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut (Nurmianto,2003).

Pembagian Antropometri
Antropometri   dibagi   menjadi   dua   bagian.   Adapun   bagian   dari   data antropometri adalah sebagai berikut (Nurmianto,2003):
1.      Antropometri Statis yaitu, pengukuran dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam.
2.      Antropometri  Dinamis  yaitu,  pengukuran  dimensi  tubuh  diukur dalam  berbagai posisi tubuh yag sedang bergerak.

Beberapa  Sumber  Variabilitas
Perbedaan antara satu populasi dengan populas yang lain adalah di kerenakan oleh faktor-faktor sebagai berikut (Nurmianto,2003).
1.      Keacakanataurandom
Dala butir pertama ini walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas sama jenis  kelamin,suku / bangsa,kelompok usia dan pekerjaannya,namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara bebagai macam masyarakat.distribusi frekuensi secara statistik dan dimensi anggota kelompok  anggota masyarakat jelas dapat diaproksimasikan dengan menggunakan distribusi normal,yaitu dengan menggunakan data persentil yang telah diduga,jika mean(rata-rata) SD (standar deviasi) nya telah dapat diestimasi.
2.      Jenis Kelamin
Secara distribusi statistik ada perbedan yang signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita.untuk kebnyakan dimensi pria dan wanita ada perbedaan yang signifikan di antara mean (rata-rata)  dan nilai perbedaan ini tidak dapat di abaikan begitu saja.pria di anggap lebih panjang dimensi segmen badannya daripada wanita. Data antropometri untuk kedua jenis kelamin tersebut selalu disajikan secara terpisah.
3.      Suku Bangsa (Etnic Variability)
Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak kalah pentingnya terutama ksrna menngkatnya jumlah angka migrasi dari satu negara ke negara yang lain. Suatu contoh  sederhana yaitu dengan meningkatnya jumlah penduduk yang migrasi  dari negara vietnam ke australia untuk mengisi jumlah satuan  angkatan kerja (industrial workforce),maka  akan mempengaruhi  antropometri secara nasional.
4.      Usia
Usia digolongkan beberapa kelompok. Berikutinipenggolonganusia.
a.       Balita
b.      Anak anak
c.       Remaja
d.      Dewasa
e.       Lanjut usia
Hal ini jelas berpengaruh terutama jikaa desain diaplikasikan antuk antropometrianak-anak. Antropometrinya cenderung terus meningkat sampai batas usia dewasa.namun setelah menginjak usia dewasa,tinggi badan manusia mempunyai  kecenderungan untuk menurun yang antara lain di sebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang  (intervertebal  discs). Selain itu juga berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.
5.      Jenis pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyratan dalam seleksi karyawan. Seperti misalnya : buruh dermaga adalah harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan  perkantoran pada umumnya.apalagi jika di bandingkan dengan jenis pekerjaan militer.
6.      Pakaian
Hal ini juga merupakan sumber variabilitas yang di sebabkan oleh bervariasinya iklim yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya, mislnya pada waktu musim dingin manusia akan memakai pakaian yng relatif tebal dan ukuran relatif yang lebih besarataupun untuk para pejerja di pertambangan, pengeboranlepas pantai,pengecoran logam.
7.      Faktor kehamilan pada wanita
Faktor ini sudah jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti kalau di bandingkan dengan wanita yang tidak hamil,terutama yang berkaitan dengan analisis perancangan produk (APP) dan analisis perancangan kerja (APK).
8.      Cacat tubuh secara fisik

Perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu dengan di berikannya skala prioritas pada rancangan bangun fasilitas akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka ikut merasakan “kesamaan” dalam pengunaan  dari hasil ergonomi  di dalam pelayanan untuk masyarakat. Masalah yang sering timbul misalnya : keterbatasan jarak jangkauan,di butuhkan ruang kaki (kneep space)untuk desain meja kerja,lorongataujalur khusus untuk kursi roda,ruang khusus di dalam lavatory, jalur khusus untuk keluar masuk perkantoran,kampus,hotel,restoran,super market dan lain lain.

OPINI KEBAKARAN HUTAN DI RIAU

Kebakaran Hutan di Riau


Kebakaran hutan merupakan isu paling sensitf pada beberapa akhir belakangan ini terutama pada bulan maret ini, disaat dunia gencar menyuarakan pemanasan gelobal disaat yang sama juga terdengar kabar tentang kebakaran hutan di Riau. Kegiatan hutan industri yang semakin luas menjadi alasan pelebaran lahan, serta penanganan hutan yang terkesan sembarangan memberikan dampak serius pada akhirnya. Kebakaran hutan di Riau salah satunya. Seperti terdapat pada situs pemberitaan (http://nasional.news.viva.co.id/news/read/488478-kebakaran-hutan-di-riau-meluas-hingga-137-titik) kebakaran hutan di Riau sudah tercatat 137 titik hutan yang mengalami kebakaran. Asap yang dihasilkan tidak hanya membuat sesak, melainkan menurunkan jarak pandang masyarakat untuk beraktivitas. Seharusnya kejadian ini tidak perlu terjadi apabila adanya kesadaran masyarakat dalam menjada hutannya secara arif dan bijaksana. Dengan tidak mengambil jalan singkat dengan membakar hutan dalam kegiatan melebarkan ladang atau pun perkebunan tentu akan memberikan dampak positif. Kejadian serupa sudah berulang-ulang terjadi di tempat yang sama, semestinya pemerintah setempat memiliki sikap tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dan memperketat izin usaha perkebunan sawit/ hutan industri selama kegiatan tersebut berlangsung. Penyuluhan kepada masyarakat tentang hal ini dapat sangat membantu dalam wacana pencegahan kebakaran hutan yang akan timbul. Jika hal ini dapat dilakukan tentu kebakaran hutan di Riau tidak akan terjadi sebanyak ini. Indonesia sebagai negara yang menjadi paru-paru dunia karena hutan tropisnya seharusnya dapat lebih memahami cara menjaga hutannya agar tetap hijau dan menghasilkan dengan baik. Percuma nenek moyang kita meninggalkan hutan yang sangat luas di Indonesia tetapi tidak dirawat dan dimanfaakan dengan baik.